Saturday, August 30, 2008

Menjadi Dewasa

Proses menjadi dewasa adalah satu proses dalam hidup manusia yang nggak akan pernah bisa dilupakan begitu saja. Selain secara fisikal ;dimana orang akan bertambah tinggi, makin berotot dan bersuara berat untuk yang laki-laki dan membentuk tubuh yang molek dan gemulai buat yang perempuan, setiap manusia juga pastinya akan tumbuh mentalitasnya. Biasanya sih seseorang akan menjadi lebih wise dan matang dalam pikiran. Menyelesaikan sesuatu secara rasional dan bukan secara adu fisik atau merengek-rengek layaknya anak kecil.

Sayangnya, nggak semua orang bisa mencapai usia dewasa ini pada saat yang bersamaan. Beberapa ada yang dewasa lebih awal, yang lain malah nggak dewasa-dewasa. Tapi buat saya, nggak ada yang sempurna dari dua pilihan ini, semua ada spesialnya dan kekurangannya sendiri-sendiri. Bukan berarti mereka yang kekanak-kanakan menyebalkan atau nggak bisa apa-apa. Kadang-kadang kita masih butuh sifat kekanak-kanakan untuk hidup. Tentunya bukan sifat mudah mengeluh atau kurang sabar, tapi memiliki sedikit perasaan untuk menghargai setiap hal kecil yang kita dapat atau miliki. Tentunya kita pasti ingat dulu waktu kita masih kecil, kalau kita dapet sepuluh ribu aja, rasanya sudah senang minta ampun. Rasanya seperti kita bisa membeli dunia dengan uang itu. Coba sekarang? Buat kita sepuluh ribu sudah nggak berarti banyak. As we grow older we lost that small essence of life that actually is beautiful.

Tapi apapun itu, kita tetap harus tumbuh dan menjadi dewasa (dan tua tentunya). Dengan menjadi dewasa secara otomatis kita akan memiliki perspektif dunia yang berbeda dari kita yang dahulu. Mungkin kalau dahulu kita Cuma bisa melihat teman sebagai teman untuk senang-senang saja, sekarang kita bisa melihat mereka sebagai mereka yang menemani kita disaat apapun. Mungkin itu salah satu hal yang pertama kita sadari waktu kita tumbuh dewasa, karena teman biasanya orang yang pertama kali menyadari pertumbuhan serta perubahan di taraf kedewasaan kita. Tapi dengan menjadi dewasa lebih cepat itu banyak kerugiannya. Pertama yang pasti adalah kita akan kehilangan masa-masa innocent kita yang selalunya berlanjut ke masalah kedua, yaitu susahnya berkomunikasi dengan teman-teman seumur.

Problem-problem ini yang mendorong saya untuk (terkadang) mengendalikan taraf kedewasaan saya atau dengan kata lain berpura-pura menjadi dewasa atau berpura-pura menjadi anak-anak lagi. Konotasinya sih negatif: Berpura-pura, tetapi kan maksudnya baik. Saya rasa benar-benar tidak ada salahnya kalau merubah sikap dan kedewasaan untuk kembali bersosialisasi dengan teman-teman sebaya. Karena kan tidak mungkin juga kalau saya harus bersikap kekanak-kanakan di depan teman-teman saya yang berumur 18 atau 19 tahun keatas.

Satu hal yang saya berani taruhan adalah kedewasaan seseorang tidak memilik tolak ukur yang pasti. Usia bukan satu hal yang menentukan sikap dewasa seseorang. Sering juga saya mendapati saudara-saudara saya yang berusia 9 atau 10 tahun lebih tua daripada saya bersikap layaknya anak-anak umur 12 tahun. Tapi buat saya, itu adalah ciri khasnya sepupu saya itu. Memang sih, terkadang terasa mengganggu. Apalagi kalau taraf kekanak-kanakannya lebih dari sekedar iseng. Tapi dia sendiri merasa nyaman dengan itu dan merasa bisa enjoy dengan hidupnya. Tetapi, saya pernah melihat dia waktu di pekerjaannya. Menurut saya, benar-benar dua orang yang berbeda. Saudara saya bisa konsentrasi dan bersikap benar-benar fokus dengan kerjaan layaknya orang dewasa pada umumnya. Tetapi dalam waktu 3 detik setelah dia keluar dari kantornya, kembali lah sifat kekanak-kanakkannya. Inilah yang saya sebut dengan good self control ;mampu membedakan dan memilah-milah waktu yang tepat untuk bersikap.

Tumbuh, berkembang dan belajar dari pengalaman sendiri. Tiga hal penting ini adalah struktur fondasi utama dari sebuah kedewasaan menurut saya pribadi. Seseorang harus tumbuh dan memahami sebuah makna kedewasaan yang harus dia tanam dalam dirinya sendiri. Lalu dengan makna kedewasaan itu, dia akan mulai berkembang menjadi individu yang lebih baik dan menghadapi tahapan-tahapan baru dari kedewasaan itu sendiri. Yang terakhir adalah untuk selalu merefleksikan diri kepada tiap-tiap kejadian dan pengalaman yang dihadapi –dan nggak lupa juga untuk selalu belajar dari semua itu karena kalau pengalaman Cuma dilalui begitu saja tanpa ada pelajarannya, jadinya sia-sia. Dari tiga hal inilah yang akan membuat orang menjadi lebih bijaksana dan dewasa di hidupnya.

Singapore, 20th August 2008
F.A.P
Image Copyright Flickr 2008

No comments: