Saturday, May 16, 2009

Memainkan Rambut Dalam Pandangan Seorang Supir Taksi

Sudah 3 minggu ini saya berpindah negara tempat tinggal.
Memasuki negara baru dengan kultur yang sangat bertolak belakang dengan negara yang sebelumnya pernah saya tinggali selama beberapa tahun.
Jujur saja, hampir seperti tantangan bagi saya untuk beradaptasi dengan situasi seperti ini, memiliki orang-orang disekitar yang tidak segan untuk menguraikan isi hati mereka kepada orang lain atau bahkan orang yang mereka tuju secara spesifik.
Kejujuran bukanlah suatu hal yang mahal di negara ini, tapi nampaknya masih banyak orang-orangnya yang hidup dalam kepura-puraan dan kenaifan mereka untuk menerima sebuah tindakan atau perilaku orang yang mungkin agak sedikit berbeda daripada orang kebanyakan.
Sekedar info saja, di negara ini (terutama di kota tempat saya tinggal) kehidupan multi kulturalisme dan rasialisme sangatlah tinggi. Jadi banyak ras dan berbagai kultur hidup dalam satu kota yang sama.

Namun hari ini, dibalik semua kehidupan yang saya lalui disini. Saya belajar sesuatu.
Saya sangat terburu-buru hari itu untuk menuju ke suatu tempat, walaupun jaraknya tidak begitu jauh, saya memutuskan untuk naik taksi -lebih-lebih karena waktu yang sangat sempit dan jarak yang tidak memungkinkan untuk saya berjalan kaki menuju kesana.
Pengemudinya seorang pria kaukasia (bule) tua. Kira-kira umurnya sudah hampir menuju kepala 5. Rambutnya tipis dan memutih, seimbang dengan ukuran tubuhnya yang kecil. Saya kira dia seorang yang pendiam, saya yang sedikit tergesa-gesa pun tidak mengharapkan pembicaraan apapun darinya.
Taksinya berhenti karena lampu merah di sebuah persimpangan yang sangat ramai. Tiba-tiba si sopir angkat bicara -pertamanya saya kira dia sedang berbicara di telepon atau radio panggilnya, namun ternyata dia bertanya kepada saya.

"kamu lihat perempuan asia itu? sudah beberapa kali ini, saya melihat banyak sekali perempuan asia yang sering memainkan rambutnya, di putar-putar, ditarik-tarik. apa-apaan ini? semacam gerakan seksual kah? atau apa?"

Saya yang penasaran hanya melirik sebentar ke arah perempuan itu dan menjawab sebisanya dengan tawa kecil.

"saya rasa, mereka harusnya mempunyai hal yang lebih penting untuk dilakukan dari sekedar memainkan rambutnya. Maksud saya, kita semua kan manusia. Pada akhirnya kita juga akan meninggal. Bukankah harusnya kita melakukan sesuatu yang lebih penting dari sekedar memainkan rambut?"

Si sopir terus mengeluarkan buah pikirannya kepada saya.
Saya hanya tertawa kecil sambil menjawabnya sedikit-sedikit.

Dari sini saya belajar sesuatu lagi.
Sopir taksi ini mempunyai sisi benar, namun sisi salah-nya sedikit mengalahkan sisi benar yang dia katakan.
Benarnya adalah kita, sebagai manusia, seringkali melakukan perbuatan yang sebetulnya sia-sia dan tidak berarti. Memainkan rambut, mendentam-dentamkan kaki, mengetuk-ngetukkan jari di atas meja dan lain sebagainya. Sebetulnya sih hal yang sangat kecil, tapi coba kalau kita mau menggunakan saat-saat itu untuk sedikit berpikir, nampaknya banyak hal besar yang bisa kita ciptakan.
Selalunya kita berteriak kepada dunia meminta waktu lebih dari 24 jam per hari-nya. Tapi, tanpa (ataupun dengan) kita sadari, kita membuang banyak waktu itu untuk hal-hal yang tidak berguna. bukankah lebih indah kalau semua dijalankan sesuai kegunaannya?

Salahnya, sang sopir taksi tersebut sama sekali tidak berkaca kepada perilakunya sendiri. Bukankah sepatutnya dia bisa melakukan hal lain yang lebih berguna dibandingkan sekedar memperhatikan perempuan-perempuan asia yang berdiri dijalan, menanti untuk menyebrang jalan?
Kasus seperti ini yang banyak kita temui di dalam hidup sehari-hari dan juga lingkungan sekitar kita. Sosok yang bisa mengkomentari orang dengan amat sangat kritis tapi ternyata, dia tidak berbeda jauh dengan apa yang dia bicarakan. Merupakan sosok yang serupa walaupun tidak sama.

Dua pelajaran yang saya ambil hari ini. Bahwa kita lebih sering menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang berguna dan memiliki prioritas yang rendah sebetulnya. Juga bahwa kenyataan untuk memeriksa apa yang ada dalam diri kita dan penampilan kita, sebelum kita bisa berkomentar tentang perilaku orang.
Dengan memahami dua langkah itu, bukankah hidup seseorang akan jadi setidaknya terasa sedikit lebih mudah?

Sydney, May 17th 2009
F.A.P