Wednesday, December 24, 2008

Sebuah Kecupan Dibawah Mistletoe

Musim yang dinantikan oleh semua orang telah datang.
Bulir-bulir salju putih berjatuhan dari langit, mengubah dataran hijau menjadi lautan putih yang menawan.
Ramai suara anak-anak bersahutan, menyanyikan puji-pujian dan kidung-kidung natal yang menghangatkan hati.
Kita bersembunyi dari dinginnya udara luar ke dalam selimut yang hangat ditemani segelas cokelat panas yang melukiskan sebuah senyum yang melengkung indah di wajah kita.


(Sebuah kisah pendek)
Aku pun berdiri didepan pintu, tersenyum ringan menatap raut wajahnya yang indah. Setiap sudut memancarkan kasih yang berkelebihan dan setiap sel-sel kulitnya menceritakan kisah-kisah yang berbeda.
Namun malam itu, aku merasakan sesuatu yang spesial. Hangat pelukannya dan genggaman tangannya yang lembut menyemarakkan isi hatiku.
Kami berdua pun melirik keatas, beberapa pucuk daun Mistletoe yang terikat kuat, digantung dengan indah tepat diatas kami berdua.
Warna hijau terangnya yang menentramkan hati ditambah bulir-bulir putih yang indah. membuatku berani menatap matanya dengan senyum yang semakin lebar.
Sebuah kecupan pun mendarat di permukaan lembut bibirku.
Hangatnya sebuah kecupan dibawah Mistletoe di malam Natal.


Betapaku sangat merindukannya..

Biar bagaimanapun juga,
inilah kita seperti di hari-hari yang lalu,
hari-hari indah milik kita bersama dengan teman-teman terdekat di hati kita,
berkumpul bersama sekali lagi.
Lewat lagi satu tahun kita bersama menggantung bintang dan harapan cerah di pucuk tertinggi.
Rasakan sekali lagi damai natal dan keindahan dari sebuah keajaiban hari Natal.

Have yourself a merry lil' Christmas!
Jakarta, 24th December 2008
F.A.P

Friday, December 12, 2008

Kebenaran Dibalik Sebuah Wajah Kesalahan

Benar...
Salah...
Dalam hidup, selalunya setiap sisinya dihakimi dengan dua kata itu.
Hitam dan putih, tanpa sedikit pun cahaya abu-abu yang memungkinkan kita untuk merasa sedikit nyaman.
Tapi apa yang sebenarnya salah dan benar hanyalah apa yang kita anggap bahwa itu adalah.
Sejenak saja kalau kita mau membuka tabir yang menutup pengelihatan nalar kita dan melihat ke dalam hati dan pikiran orang lain.
Apakah salah kita juga salah mereka?
Apakah yang kita percayai benar mereka anggap benar juga?
Belum tentu.
Perbedaan ini yang kadang memisahkan kita sesama manusia, perbedaan dalam pemikiran dan kepercayaan yang ditentukan oleh 'benar' dan 'salah'.

Tapi jangan sampai perbedaan itu membuat kita melanggar hak asasi manusia.
hak untuk hidup.
hak untuk memiliki kepercayaan.
hak untuk bernafas.
hak untuk bergerak.
dan tentunya,
hak untuk mencintai.
Biarkan kita sendiri yang menilai benar dan salah-nya.
Sejauh keputusan itu tidak mengganggu hidup kita dan membuat orang lain menderita,
biarkan saja setiap orang mempercayai pemikirannya masing-masing.
Dan mencoba menikmati dan menjalani hidupnya sebagai manusia dengan semua hak dan kebebasannya.

Jakarta, 12th December 2008
F.A.P