Thursday, June 11, 2009

Kebahagiaan-Kebahagiaan Kecil: "Berbagi"


Salah satu kebahagiaan yang sangat saya nikmati adalah dengan berbagi.
Untuk saya, tidak ada yang mampu membuat saya tersenyum lebih lebar daripada senyum saya ketika memberikan sesuatu yang mampu saya berikan kepada sesama.

Untungnya, saya selalu bisa membawa pulang hasil-hasil produk makanan yang saya buat di kampus. Biasanya saya selalu membagi sedikit kepada supir bus yang saya tumpangi. Jujur saja, saya cukup senang setelahnya. Karena makanan yang saya buat selalunya berlebihan untuk saya seorang.

Namnu, hari ini ada yang sedikit berbeda. Ketika saya menjejakkan kaki ke dalam bus dan disambut oleh senyuman ramah si supir; yang kebetulan seorang wanita. Dia langsung melihat ke kotak plastik bening yang saya pegang.

"Kelihatannya enak ya!"

Si supir memuji kue sus berisi krim di dalam kotak yang saya bawa.

Tanpa ragu lagi, saya membuka tutup kotak itu dan mengijinkan si supir mengambil sepotong kue sus yang saya buat hari itu.

Seuntai senyum terukir di wajah saya.
Rasa gembira itu kembali hadir dan menciptakan sensasi yang luar biasa di dalam hati saya.

Tidak sampai 5 menit bus berjalan ke perhentian berikutnya dan berhenti, si supir berputar kebelakang dan berseru:

"Hey! Kamu yang tadi masuk dengan kue-kue itu!"

Setengah sadar saya tidak menangkap apa yang dia ucapkan sampai hampir setengah penumpang bus menatap ke arah saya.
Saya pun menaruh perhatian saya kepada si supir.

"bolehkah saya membeli kue-kue mu itu?"

Serunya sambil mengeluarkan selembar uang kertas bernilai 20 dolar.

Saya kembali maju ke depan bus lagi dengan kotak plastik saya dan menyuruh si supir mengambil beberapa kue lagi tanpa perlu membayar apa-apa. Lagi-lagi senyum saya terukir sangat lebar sembari melihat si supir dengan senangnya mengambil 5 kue lagi.

Entah sebuah kegilaan atau ketidaksadaran darimana, tiba-tiba saya berseru kepada penumpang lainnya:

"Ada yang mau?"

Beberapa tertegun dan tersenyum. Si supir pun tak kalah menghujani kue itu dengan puji-pujian atas rasanya. Beberapa penumpang kemudian tertarik dan mengambil sebuah kue sus tersebut.

Satu persatu kue yang diambil menambah lebar senyuman di wajah saya. Rasa senang karena bisa berbagi itulah yang memenuhi dada saya saat itu. Saya mampu merasakan kebahagiaan yang sempurna di dalam hati saya.

Berbagi.
Sekecil apapun itu bila dilakukan dengan penuh rasa ikhlas dan ketulusan akan selalu memberi efek ledakan yang hebat. Mungkin semua penumpang di dalam bus itu mampu membeli sepotong kue sus dengan kualitas dan rasa yang lebih baik. Tapi beberapa mau mengambilnya dan masih melontarkan beberapa pujian.

Mampu membuat sesuatu dan dapat membuat orang lain menikmatinya dan tersenyum merupakan satu dari sekian banyak hal kecil yang mampu membuat saya bahagia. Tentunya, kebahagiaan-kebahagiaan kecil inilah yang harus bisa kita temukan dalam hidup kita. Karena dari hal yang paling kecil sekalipun, bisa saja memberikan rasa bahagia yang sangat besar untuk kita.

Sydney, May 28th 2009
F.A.P

Saturday, May 16, 2009

Memainkan Rambut Dalam Pandangan Seorang Supir Taksi

Sudah 3 minggu ini saya berpindah negara tempat tinggal.
Memasuki negara baru dengan kultur yang sangat bertolak belakang dengan negara yang sebelumnya pernah saya tinggali selama beberapa tahun.
Jujur saja, hampir seperti tantangan bagi saya untuk beradaptasi dengan situasi seperti ini, memiliki orang-orang disekitar yang tidak segan untuk menguraikan isi hati mereka kepada orang lain atau bahkan orang yang mereka tuju secara spesifik.
Kejujuran bukanlah suatu hal yang mahal di negara ini, tapi nampaknya masih banyak orang-orangnya yang hidup dalam kepura-puraan dan kenaifan mereka untuk menerima sebuah tindakan atau perilaku orang yang mungkin agak sedikit berbeda daripada orang kebanyakan.
Sekedar info saja, di negara ini (terutama di kota tempat saya tinggal) kehidupan multi kulturalisme dan rasialisme sangatlah tinggi. Jadi banyak ras dan berbagai kultur hidup dalam satu kota yang sama.

Namun hari ini, dibalik semua kehidupan yang saya lalui disini. Saya belajar sesuatu.
Saya sangat terburu-buru hari itu untuk menuju ke suatu tempat, walaupun jaraknya tidak begitu jauh, saya memutuskan untuk naik taksi -lebih-lebih karena waktu yang sangat sempit dan jarak yang tidak memungkinkan untuk saya berjalan kaki menuju kesana.
Pengemudinya seorang pria kaukasia (bule) tua. Kira-kira umurnya sudah hampir menuju kepala 5. Rambutnya tipis dan memutih, seimbang dengan ukuran tubuhnya yang kecil. Saya kira dia seorang yang pendiam, saya yang sedikit tergesa-gesa pun tidak mengharapkan pembicaraan apapun darinya.
Taksinya berhenti karena lampu merah di sebuah persimpangan yang sangat ramai. Tiba-tiba si sopir angkat bicara -pertamanya saya kira dia sedang berbicara di telepon atau radio panggilnya, namun ternyata dia bertanya kepada saya.

"kamu lihat perempuan asia itu? sudah beberapa kali ini, saya melihat banyak sekali perempuan asia yang sering memainkan rambutnya, di putar-putar, ditarik-tarik. apa-apaan ini? semacam gerakan seksual kah? atau apa?"

Saya yang penasaran hanya melirik sebentar ke arah perempuan itu dan menjawab sebisanya dengan tawa kecil.

"saya rasa, mereka harusnya mempunyai hal yang lebih penting untuk dilakukan dari sekedar memainkan rambutnya. Maksud saya, kita semua kan manusia. Pada akhirnya kita juga akan meninggal. Bukankah harusnya kita melakukan sesuatu yang lebih penting dari sekedar memainkan rambut?"

Si sopir terus mengeluarkan buah pikirannya kepada saya.
Saya hanya tertawa kecil sambil menjawabnya sedikit-sedikit.

Dari sini saya belajar sesuatu lagi.
Sopir taksi ini mempunyai sisi benar, namun sisi salah-nya sedikit mengalahkan sisi benar yang dia katakan.
Benarnya adalah kita, sebagai manusia, seringkali melakukan perbuatan yang sebetulnya sia-sia dan tidak berarti. Memainkan rambut, mendentam-dentamkan kaki, mengetuk-ngetukkan jari di atas meja dan lain sebagainya. Sebetulnya sih hal yang sangat kecil, tapi coba kalau kita mau menggunakan saat-saat itu untuk sedikit berpikir, nampaknya banyak hal besar yang bisa kita ciptakan.
Selalunya kita berteriak kepada dunia meminta waktu lebih dari 24 jam per hari-nya. Tapi, tanpa (ataupun dengan) kita sadari, kita membuang banyak waktu itu untuk hal-hal yang tidak berguna. bukankah lebih indah kalau semua dijalankan sesuai kegunaannya?

Salahnya, sang sopir taksi tersebut sama sekali tidak berkaca kepada perilakunya sendiri. Bukankah sepatutnya dia bisa melakukan hal lain yang lebih berguna dibandingkan sekedar memperhatikan perempuan-perempuan asia yang berdiri dijalan, menanti untuk menyebrang jalan?
Kasus seperti ini yang banyak kita temui di dalam hidup sehari-hari dan juga lingkungan sekitar kita. Sosok yang bisa mengkomentari orang dengan amat sangat kritis tapi ternyata, dia tidak berbeda jauh dengan apa yang dia bicarakan. Merupakan sosok yang serupa walaupun tidak sama.

Dua pelajaran yang saya ambil hari ini. Bahwa kita lebih sering menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang berguna dan memiliki prioritas yang rendah sebetulnya. Juga bahwa kenyataan untuk memeriksa apa yang ada dalam diri kita dan penampilan kita, sebelum kita bisa berkomentar tentang perilaku orang.
Dengan memahami dua langkah itu, bukankah hidup seseorang akan jadi setidaknya terasa sedikit lebih mudah?

Sydney, May 17th 2009
F.A.P

Thursday, January 1, 2009

Dimanakah Kamu?

Ketika jam itu berdentang 12 kali,

Lampu sorot beraduan menerangi suasana gelap di dalam tempat itu.
Udaranya dingin namun terasa sesak, berpuluh-puluh manusia bergerak kesana kemari, menari dan berlompat-lompatan mengikuti dentuman musik dari speaker besar yang meramaikan suasana malam itu.
Ditanganmu, segelas penuh minuman beralkohol siap membasahi tenggorokanmu dan membuatmu 'terbang' jauh.
Kecupan pipi dan berbagai ucapan serta sorak sorai gembira, berkumandang keras di ruangan itu.
Kamu pun terhanyut dalam suasana.

Ketika berjuta-juta umat manusia bersuka cita,

Suasana hening memenuhi bangunan kudus itu. Kamu dan berpuluh-puluh orang lainnya berlutut. Senyum terukir diwajahmu dan para jemaah lainnya. Tanpa sepatah kata dan seinci gerak, kamu memanjatkan segala pujian, rasa syukur serta doa kepada Pemilik Segala Hal Di Dunia. Kamu menang melawan ego duniawi yang memaksamu untuk bersuka cita dengan cara lain, kamu lebih memilih untuk diam dan tenang, memberikan rasa syukurmu kepada Dia Yang Maha Esa.
Ratusan lilin yang menyala di sekelilingmu menandakan begitu banyaknya harapan yang manusia butuhkan di dunia ini. kamu dan orang-orang lainnya, bertukar ucapan selamat dan kecupan ringan dipipi serta pelukan hangat.
Dari situlah, kamu melihat kehangatan dan keindahan dalam sunyi.

Ketika beribu-ribu kecupan mewarnai permukaan dunia,

Kamu dan seseorang yang teramat spesial duduk berdua dalam kehangatan pelukan satu sama lain. Menikm
ati kebersamaan yang tumbuh seiring dengan bergantinya tahun. Senyum manis terukir diwajah kamu berdua seiring dengan detik-detik yang hampir berakhir dari tahun sebelumnya.
dua gelas minuman beralkohol berdiri diatas meja kecil dihadapanmu dan dia. Tepat saat detik terakhir tahun telah berlalu, kalian bertukar ciuman. Ciuman pertama di tahun yang baru. membagi kehangatan, kebersamaan dan rasa cinta kepada satu sama lain.
Hanya berdua, tidak ada orang lain. Detik tahun serasa berhenti ketika kalian berciuman. Dunia hanya milik berdua dan kalian memegang kendali atas waktu.

Ketika tawa dan senyum menjadi kunci dari hidup malam itu

bukan hanya kamu dan pasangan, tetapi juga orang tua dan keluargamu berkumpul be
rsama. Gelak tawa dan senyum dibagi kepada satu sama lain. Hangatnya kebersamaan keluarga mewarnai seisi ruangan. dengan berbagai masakan ibu yang begitu khas cita rasanya dan tawa kecil dari saudara-saudara kecil yang tidak sabar untuk meniupkan terompet mereka dan melihat sendiri kembang api yang akan segera diluncurkan malam itu.
Kamu tidak sendiri, kamu bersama orang-orang spesial dalam hidupmu. Orang yang selalu mewarnai hidupmu dan berada di belakangmu dalam setiap langkahmu. Dengan bergantinya tahun, tak akan lekang pula dukungan mereka akan dirimu.

Yang lebih penting, bukanlah dimana kamu berada. Tetapi dimana hatimu berada?
Siapkah menghadapi pergantian tahun lagi?
Siapkah membentuk sebuah perubahan?
Siapkah menjalani 365 tahun yang baru lagi?
Siapkah memenuhi resolusi-resolusi baru lainnya?
Siapkah menghadapi 2009?

Happy New Year,
Jakarta, 1st January 2009
F.A.P

Wednesday, December 24, 2008

Sebuah Kecupan Dibawah Mistletoe

Musim yang dinantikan oleh semua orang telah datang.
Bulir-bulir salju putih berjatuhan dari langit, mengubah dataran hijau menjadi lautan putih yang menawan.
Ramai suara anak-anak bersahutan, menyanyikan puji-pujian dan kidung-kidung natal yang menghangatkan hati.
Kita bersembunyi dari dinginnya udara luar ke dalam selimut yang hangat ditemani segelas cokelat panas yang melukiskan sebuah senyum yang melengkung indah di wajah kita.


(Sebuah kisah pendek)
Aku pun berdiri didepan pintu, tersenyum ringan menatap raut wajahnya yang indah. Setiap sudut memancarkan kasih yang berkelebihan dan setiap sel-sel kulitnya menceritakan kisah-kisah yang berbeda.
Namun malam itu, aku merasakan sesuatu yang spesial. Hangat pelukannya dan genggaman tangannya yang lembut menyemarakkan isi hatiku.
Kami berdua pun melirik keatas, beberapa pucuk daun Mistletoe yang terikat kuat, digantung dengan indah tepat diatas kami berdua.
Warna hijau terangnya yang menentramkan hati ditambah bulir-bulir putih yang indah. membuatku berani menatap matanya dengan senyum yang semakin lebar.
Sebuah kecupan pun mendarat di permukaan lembut bibirku.
Hangatnya sebuah kecupan dibawah Mistletoe di malam Natal.


Betapaku sangat merindukannya..

Biar bagaimanapun juga,
inilah kita seperti di hari-hari yang lalu,
hari-hari indah milik kita bersama dengan teman-teman terdekat di hati kita,
berkumpul bersama sekali lagi.
Lewat lagi satu tahun kita bersama menggantung bintang dan harapan cerah di pucuk tertinggi.
Rasakan sekali lagi damai natal dan keindahan dari sebuah keajaiban hari Natal.

Have yourself a merry lil' Christmas!
Jakarta, 24th December 2008
F.A.P

Friday, December 12, 2008

Kebenaran Dibalik Sebuah Wajah Kesalahan

Benar...
Salah...
Dalam hidup, selalunya setiap sisinya dihakimi dengan dua kata itu.
Hitam dan putih, tanpa sedikit pun cahaya abu-abu yang memungkinkan kita untuk merasa sedikit nyaman.
Tapi apa yang sebenarnya salah dan benar hanyalah apa yang kita anggap bahwa itu adalah.
Sejenak saja kalau kita mau membuka tabir yang menutup pengelihatan nalar kita dan melihat ke dalam hati dan pikiran orang lain.
Apakah salah kita juga salah mereka?
Apakah yang kita percayai benar mereka anggap benar juga?
Belum tentu.
Perbedaan ini yang kadang memisahkan kita sesama manusia, perbedaan dalam pemikiran dan kepercayaan yang ditentukan oleh 'benar' dan 'salah'.

Tapi jangan sampai perbedaan itu membuat kita melanggar hak asasi manusia.
hak untuk hidup.
hak untuk memiliki kepercayaan.
hak untuk bernafas.
hak untuk bergerak.
dan tentunya,
hak untuk mencintai.
Biarkan kita sendiri yang menilai benar dan salah-nya.
Sejauh keputusan itu tidak mengganggu hidup kita dan membuat orang lain menderita,
biarkan saja setiap orang mempercayai pemikirannya masing-masing.
Dan mencoba menikmati dan menjalani hidupnya sebagai manusia dengan semua hak dan kebebasannya.

Jakarta, 12th December 2008
F.A.P

Saturday, November 8, 2008

Sahabat

“If anyone can fill my world with joy and happiness and cast away all of my loneliness, always there beside me when I am down and never left my face with a frown”

Friend – Mocca

Siapa sih yang nggak punya teman, kawan, sobat, sahabat atau apapun kalian menyebutnya? Orang yang paling penyendiri sekalipun pastinya punya sahabat dan teman untuk berbagi. Saya sendiri sih punya banyak teman di luar sana. Mereka baik, pengertian, bisa membuat saya tersenyum, bisa jadi teman untuk saya berbagi dan juga teman untuk menggila bersama. Salah satu keuntungan saya sebagai pelajar asing adalah saya bisa punya teman dari berbagai negara. Tentunya nggak Cuma Singapura saja atau Indonesia saja. Teman saya pun ada yang orang Vietnam, Thailand, Malaysia dan masih banyak lagi. Bentuknya unik-unik, namanya aneh-aneh, belum lagi cara mereka berbicara bahasa inggris yang terkadang membuat saya ingin ketawa terbahak-bahak. Oh well, they’re my friends still.

Deskripsi pribadi saya tentang teman adalah orang-orang yang bisa dijadikan tempat untuk saya berbagi kesenangan dan mengadu atas kesusahan yang saya alami. Bukan hanya itu, kadang–kadang deskripsi saya tentang teman pun bisa berubah. Bisa jadi orang-orang untuk jalan bersama , orang-orang yang mau membuat kegilaan bersama, ataupun orang-orang untuk sekedar minum secangkir kopi bersama dan bercerita-cerita sampai larut. Pada intinya, teman untuk saya tidak memilik definisi yang pasti. Semuanya interchangable, namun hanya satu yang menurut saya konstan. Teman itu selalu mengisi hari-hari dengan senyum dan tawa dan tidak akan pernah meninggalkan kita dengan muka yang muram.

Untuk beberapa orang, mungkin teman hanya sekedar teman. Mereka butuh seseorang yang setingkat (atau dua) lebih tinggi untuk dijadikan sebagai sahabat. Personally, saya lah orang itu. Dari sekumpulan teman-teman itu saya pun punya sahabat-sahabat yang bisa saya percaya. Rasanya kalau saya membuka rahasia saya yang paling buruk pun mereka nggak akan membocorkannya ke orang lain. Saya merasa bebas untuk mengeluarkan perasaan saya di depan mereka dan nggak malu untuk bisa nangis di depan mereka. Tentunya sebagai ‘balas jasa’, saya juga harus mau dijadikan tempat untuk mereka teriak - teriak dan tempat mereka untuk nangis-nangis.

Let’s put this entry to be short and sweet. Artikel ini saya tulis untuk semua teman-teman saya. Sekalipun saya tahu kalian nggak tahu kalau artikel ini saya yang nulis, but it’s okay. Saya sayang sama kalian semua and I felt loved with all of you around me! Terimakasih untuk jadi tempat saya curhat, teriak-teriak, tertawa, menangis dan juga berbagi segala hal. Happy Friendship Day, saya sayang kalian semua!

For all my friends, pals, best-pals, sobat, sahabat, teman, fag-hags, dan apapun gelar kalian.

Singapore, 5th September 2008

F.A.P

Friday, October 17, 2008

Work Hard, Party Hard

Keseimbangan dalam hidup seseorang menurut saya adalah salah satu faktor penting yang menentukan kesuksessan seseorang. Rasanya tanpa satu faktor dari keseimbangan itu, manusia tidak akan mungkin hidup dengan senang. Diambil contoh yang paling simpel, keseimbangan dalam menu 4 sehat 5 sempurna kita. Well, memang gak semua orang sampai ke 5 sempurna sih, tapi setidaknya 4 sehat pasti selalu terpenuhi. Dan biasanya kalo kurang satu atau dua saja, mulailah datang problem-problem kesehatan. Sariawan, badan lemas bahkan konstipasi (bahasa kerennya: ngeden). Setidaknya, itulah contoh paling mudah yang bisa saya gunakan untuk mewakilkan sosok keseimbangan di hidup manusia.

Di tiap pekerjaan kita, baik itu secara praktik lapangan atau kerja kantoran 9-to-5. Kerja keras selalu dibutuhkan supaya goal dan tujuan-tujuan kerja kita tercapai. Untuk hampir semua orang, biasanya mereka akan bekerja keras, they work their asses up there to get into the best phase. Ada beberapa yang biasanya berlanjut sampai-sampai satu-satunya kesempatan untuk relaks mereka pun digunakan untuk bekerja. Pada tahap ini, biasanya orang-orang ini kita sebut sebagai workaholic. Nah, para workaholic inilah yang selalunya kita lihat jarang sekali mereka dapat kesempatan untuk bergaul. Bukan saja pergi dugem atau ke bar, tapi untuk sekedar dinner bersama teman sekantor pun sepertinya jarang. Di tahap ini, seorang workaholic sudah berubah statusnya menjadi seorang yang introvert atau dalam bahasa gampangnya: Kuper.

Kasus kedua adalah si partygoer. Sekalipun mereka punya pekerjaan yang tetap dan mungkin pekerjaan itu menuntut totalitas yang penuh, para partygoers ini biasanya selalu di spot di tempat-tempat terhip. Ciri-cirinya, mereka orang-orang yang extrovert dan selalu punya kenalan dimana-mana. Untuk beberapa saat, mereka bisa saja disebut sebagai orang yang work hard, party hard. Tapi siapa tahu, di dalam jam kerja, bisa-bisa mereka harus buru-buru ngejar deadline sampai-sampai beberapa pekerjaan terbengkalai hanya karena mereka meluangkan waktu untuk keluar dan jalan bersama teman-teman. Tentunya bukan hal yang buruk, tapi kalau sampai kegiatan sosialisasi itu menumbuhkan gejala yang tidak sehat di pekerjaan kita, sebaiknya di berhentikan dan dikontrol. Banyak dari para partygoers ini biasanya tidak memiliki pekerjaan yang tepat karena alasan kerjaan yang terlalu berat, padahal sih alasan utamanya Cuma karena mereka tidak bisa mengatur waktu untuk membagi-bagi, mana yang harus diprioritaskan dan mana yang bisa dinomerduakan.

Saran saya untuk dua kasus diatas adalah: Hey! Wake up guys! You should get things to be balanced here! Saatnya untuk mengubah jadwal dan rutinitas hidup kita. Bukan berarti dengan banyak bekerja kita bisa mendapatkan promosi dengan mudah dan bukan berarti juga kalau kita nggak party seminggu sekali, kita bisa kejang-kejang dan meriang kok. There are more to life than just working/partying.

Work hard, party hard. Itulah kunci saya dalam menghadapi tes akhir yang akan saya hadapi dua bulan lagi. Sementara kebanyakan teman-teman saya sudah berkutat dengan buku-bukunya di rumah, saya masih sempat-sempatnya mencari waktu untuk nonton dan bahkan untuk pergi clubbing. Namun dibalik itu semua, saya juga harus bisa mengontrol kemampuan saya untuk belajar di weekdays. Intensitas untuk bekerja saya pun harus saya naikkan sedikit demi sedikit. Akan menjadi problem kalau saya secara drastis harus mengubah pola belajar saya dalam waktu yang singkat. Bukan hanya ketidakmampuan saya untuk menyesuaikan diri, tapi memang kemampuan otak manusia yang terbatas yang menjadi limitasi dari perubahan drastis tersebut.

Masih banyak waktu untuk berubah. Tapi niat untuk berubah itu yang harus kita cari dari sekarang. Waktu boleh banyak, tapi kalau niatnya nggak ada, sama saja dengan pergi perang tapi nggak pake senjata. Kumpulin niat-niat itu dari sekarang dan mulai mengubah pola hidup dan bekerja kita sedikit demi sedikit. Mungkin dari yang tadinya kita harus bekerja di weekend, sekarang mulai dikurangi. Mulai bergaul sedikit dengan teman-teman sekantor, pergi lunch bareng atau mungkin jalan bareng kalau diajak. Untuk yang party animals, kurangi intensitas dugem dan bersosialisasi. Yang biasanya 3 sampai 4 kali seminggu, jadikan Cuma 2 atau sekali seminggu dan lebih fokus ke kerjaan. Jangan sampai ada yang terbengkalai.

Work hard, party hard. Make a well-balanced activities for the sake of your good living!

Singapore, 27 August 2008
F.A.P