Saturday, August 23, 2008

Being Single

Tepatnya bukan pertama kalinya saya menjadi seorang single. Bukan juga kedua kalinya, sudah sering lebih tepatnya. Untuk saya, menjadi seorang single itu nggak ada salahnya kok. Memang sih kesepian, tidak ada orang untuk diajak pergi berduaan, tidak ada orang yang bisa dipeluk-peluk, tidak ada orang yang bisa mengantar jemput kita atau mungkin tidak ada orang yang bisa bikin kita cemburu lagi. Satu hal yang saya kangeni dari being in a relationship sebetulnya hanyalah sense of trusts and belonging yang selalunya ada di setiap relationships. Selebihnya, saya rasa kita bisa dapat darimana-mana kok.

Being a single, mungkin karena selingkuh, atau sekedar salah paham yang berkelanjutan selalunya dimulai dengan rasa sakit hati yang berkepanjangan. Mungkin bukan buat semua orang. Tapi rasa-rasanya –if it’s not about being single when you were born, being single itu selalu dimulai dengan rasa sakit hati yang menyakitkan. Kalau buat para cowok, mungkin bisa melepaskannya dengan olahraga atau malah party gila-gilaan, syukur-syukur bisa dapet one night stand. Tapi kalau buat para perempuan, rasanya being single pasti dimulai dengan sesi tangis-tangisan bersama sahabat(-sahabat) terdekat di rumah sambil memeluk satu kemasan ice cream besar yang dilahap begitu saja dengan sendok. Berlebihan? Mungkin saja. Tapi kalau itu salah satu cara untuk melupakan rasa sakitnya, saya rasa wajar-wajar saja dilakukan.

Tahap selanjutnya biasanya dipenuhi dengan berbagai quotation-quotation cheesy untuk memulai hari-hari supaya terkesan biasa-biasa saja. Seperti “I Am Fine Without You”, “I Will Survive” atau malah “Anggap saja cowok/cewek itu sebagai bekas kamu pakai!”, Nah loh? Kalau sudah sampai pada tahap ini, biasanya orang akan berusaha sekuat tenaga untuk mencari lagi yang baru dengan harapan bahwa mereka akan mendapatkan yang lebih baik lagi atau dengan anggapan bahwa being single equals to no fun. Menurut saya, itu salah banget.

Being single is the most fun thing that you can ask for. Kapan lagi bisa pergi ke bengkel seharian penuh tanpa ada yang nelponin untuk minta dijemput? Kapan lagi bisa dugem dan flirting sampai pagi di club dengan beberapa orang sekaligus? Atau buat cewek-cewek, kapan lagi bisa belanja sampai kaki gempor tanpa harus ada yang ngomel-ngomel karena kelamaan? Kapan lagi bisa berkumpul dengan teman-teman singletons lainnya di bar sambil memegang segelas cosmopolitan seperti Carrie Bradshaw dan teman-temannya sambil melirik-lirik ke si ganteng dengan kemeja hijau itu?

Kebebasan untuk melakukan apa yang kita mau ini yang harusnya bisa kita hargai sebagai seorang single. Kalau masalahnya Cuma karena kesepian, saya rasa masih banyak teman-teman di luar sana yang rame dan bisa ikut memeriahkan hidup (malah saya rasa, teman-teman saya lebih rame daripada mantan-mantan saya sendiri). Masalahnya tidak ada yang mengantar/jemput (buat cewek). Hello?!? You are a great independent woman! Masih banyak taksi di luar sana, masih banyak temen yang bisa ditebengi kok, why bother sticking with one guy if you just treat him as your driver? Sekali lagi, menurut saya nggak ada alasan untuk tidak menghargai masa-masa single.
Memang sih, teman-teman tidak mungkin bisa diajak flirting atau cuddling kalau lagi berduaan. Selain kesannya aneh, kayaknya sedikit berbeda rasanya daripada pacar sendiri. Tapi bukan berarti kalau nggak flirting terus kita akan sekarat dan bukan berarti juga kalau kita nggak cuddling seminggu terus kita kena demam. Masih banyak hal-hal penting yang harus kita hargai sebagai seorang singleton. Mulai dari saatnya fokus ke kerjaan, fokus ke urusan perkuliahan atau malah lebih fokus ke relasi dengan keluarga atau teman-teman yang lagi jauh. Siapa tau, dari merekalah kita akan menemukan si Mr/Mrs. Right dan bukannya Mr/Mrs. Right Now.

Personally, saya rasa satu-satunya yang saya benci untuk menjadi single adalah ketika saya tidak bisa melupakan mantan saya. Perlu diingat, tidak bisa melupakan bukan hanya berarti masih sayang atau cinta, tapi bisa saja tidak bisa melupakan karena terlalu banyak waktu-waktu indah yang terhabiskan bersama. Biasanya hal ini akan bertambah buruk kalau mantan kita masih terus mencoba meyakinkan kita bahwa kesalahan yang mereka buat hanyalah kekhilafan sementara dan berulang kali mengatakan kalau mereka masih sayang dan cinta dan meminta kita untuk memberinya second chance. Kalau memang sudah tidak ada rasa, kita bisa dengan mudahnya menolak dan melupakan. Yang menjadi masalah berat adalah kombinasi dari kedua kejadian ini. Jadi ingat lagunya Slank yang sempat populer dulu, “I miss you, but I hate you”. Ya betul, saya kangen sama kamu, tapi saya benci kamu. Biasanya, saat-saat inilah yang bisa kita sebut sebagai Dilema.

Tapi perlu ditekankan sekali lagi (menurut pandangan saya) bahwa being single is not a crime. There is nothing wrong in being single. Savour every single seconds of you being single karena kita sendiri tahu dari teman-teman kita yang sudah menikah. They always miss the time when they were not attached to anyone. Gunakan masa-masa jaya dengan sebaik-baiknya. Keluar tiap malam sabtu dengan teman-teman sekedar untuk nonton atau mungkin lanjut ke club. Nggak Cuma minum-minum atau bersosialisasi aja. Tapi dengan cara ini kadang-kadang bisa ngebantu kita lebih relaks menghadapi Senin yang akan datang dengan lebih baik daripada pacaran berduaan di puncak atau pinggir pantai Ancol. Bisa-bisa pulang-pulang berbadan dua!

Viva Singleton!
Singapore, 17th August 2008
F.A.P

No comments: