Sunday, September 21, 2008

Resolusi

Resolusi buat saya adalah sebuah acuan yang membantu saya menuju kearah sesuatu yang saya inginkan. Resolusi yang saya buat tahun ini sendiri juga nggak jauh-jauh dari studi saya yang ingin sekali saya jadikan lebih baik. Terlebih lagi ini kan tahun terakhir, jadi secara tidak langsung saya juga harus berjuang keras dan bukan membiarkan resolusi yang saya buat menjadi muluk-muluk dan tidak berarti.

Selain itu, resolusi juga merupakan sebuah sisi pandang tentang kemampuan kita. Dari resolusi itu sendiri kita bisa melihat sejauh mana kita bisa percaya dengan kemampuan diri kita sendiri? Dengan membuat resolusi biasanya kita juga belajar menghargai diri kita sendiri, step by step. Biasanya kalau kita berani menyusun sebuah resolusi, kita juga berani membuat keputusan bahwa diri kita patut dipercayai. Lalu bagaimana dengan orang yang tidak membuat resolusi? Apakah mereka gak punya percaya diri? Bukannya nggak ada. Mungkin ada, hanya saja mereka nggak memiliki banyak faith in themselves dan ini yang biasanya membentuk sebuah keraguan untuk mereka membuat resolusi.

Biasanya akan banyak terlintas pikiran-pikiran seperti “Bisa nggak ya gue memenuhi resolusi gue?” atau “Apakah gue mampu? Apa ini gak berlebihan ya?” sewaktu kita menyusun dan menulis resolusi-resolusi kita. Ada beberapa dari kita yang mungkin mengingat resolusi itu, menulis di diary/organizer atau mungkin share resolusi kita dengan sahabat terdekat, maksudnya sih supaya bisa membantu satu sama lain dalam memenuhi resolusinya. Wah, senang sekali ya kalau ada teman yang mau berbagi seperti itu. Tapi terkadang, resolusi itu ada baiknya hanya disimpan di diri sendiri saja. Bukan apa-apa, hanya saja kalau nantinya kita tidak sanggup memenuhinya setidak-tidaknya kita nggak akan malu-malu banget kan?

Terkadang, rasa takut kita dalam membuat resolusi adalah rasa takut kalau-kalau apa yang kita ingini nggak bisa terpenuhi atau mungkin rasa takut karena orang-orang akan bertanya-tanya tentang resolusi kita. Maka dari itu, personally saya rasa resolusi itu lebih baik di keep sendiri saja. Mungkin satu atau dua orang boleh tau, itu juga hanya beberapa saja (yang kemungkinan dicapainya lebih besar) dan sebisa mungkin hanya teman dekat.

Resolusi saya pun bermacam-macam. Mulai dari mengecilkan perut, sering-sering olahraga, join gym membership atau yang lebih simple seperti lulus dengan nilai yang memuaskan. Resolusi itu nggak selalunya harus bersikap fisikal, untuk beberapa orang (termasuk teman saya) ketenangan mental adalah salah satu resolusi tahun baru mereka. Bukannya mereka mengalami gangguan jiwa atau apa, ketenangan mental disini bermaksud mendapat sebuah pencerahan supaya bisa berpikir lebih jernih dan mungkin juga bebas dari stress maupun tekanan-tekanan lainnya. Saya rasa, hal yang wajar banget. Apalagi ditambah dengan situasi yang memungkinkan untuk saya menjadi cepat gila seperti ini, saya sepertinya juga harus menambah ketenangan jiwa di resolusi saya tahun ini.

Kalau belum pernah sama sekali membuat resolusi untuk hidup dan percaya dalam artian Go with the flow, saya rasa itu adalah satu kesalahan besar. Karena kalau hidup dibayangkan seperti flow itu sendiri, kita nggak mungkin bisa terus-terusan ikut dengan flow itu sendiri. Akan ada satu saat kita harus berpegang pada sebuah dahan atau batu besar yang akan menghindarkan kita dari arus besar yang akan menyeret kita ke laut lepas. Dahan atau batu itulah yang disebut dengan resolusi, panutan dan panduan untuk mencapai sesuatu dalam hidup.

Saran saya untuk yang belum pernah membuat resolusi. Coba deh dibuat. Tidak perlu menunggu sampai tahun baru nanti untuk membuat resolusi. Dimulai dari sekarang pun bisa, asal ada niat dari diri kita sendiri untuk bisa memenuhinya dan resolusi itu jangan sampai melebihi dari kemampuan diri sendiri. Resolusi juga bukanlah sebuah trend yang harus diikuti supaya kita up-to-date. Resolusi adalah poin-poin panutan untuk kita menuju hidup yang lebih baik. So, Let’s start a new fresh page of resolutions and start doing it now!


Singapore, 21st August 2008
F.A.P

Thursday, September 4, 2008

Kembali Ke Hati Yang Suci

Terkadang, untuk memulai perjalanan panjang kita butuh satu langkah penentu.
Langkah yang paling penting yang nantinya menjadi tolak ukur panjangnya perjalanan kita dan berapa jauh kita melangkah.
Jalanan di depan sudah tersedia, terbuka lebar untuk kita.
Tanpa bayaran seperti jalan tol, tanpa aturan seperti three-in-one.
Kita hanya harus melewatinya.
Tapi apa kita sanggup?
Jalannya tidak mudah, penuh cobaan dan berbagai tantangan.
Cobaan hati, tantangan nafsu, keduanya bertaut di jalanan itu bagaikan motor-motor yang berlalu lalang, siap untuk menabrak kita.

Saatnya untuk berubah.
Jalanan sudah terbuka lebar di depan kita.
Dari lubuk hati yang dalam kita mulai merefleksikan diri.
Mulai mencari sisi dalam diri kita yang harus kita rekoleksi.
Kita rubah sedikit demi sedikit namun dengan hasil yang maksimal.
Maaf pun berhaturan dari bibir kita.
Dan untuk semuanya,
saya juga minta maaf kalau ada kesalahan.
Selamat Berpuasa buat yang menjalankannya!

Singapore, 4th September 2008
F.A.P